Artikel

Uququl Walidain (Durhaka Kepada Kedua Orang Tua) Penyebab Amal Ibadah Tidak Diterima

Rabu, 15 November 2023 13:02 WIB
  • Share this on:

Banyak legenda dalam masyarakat yang sarat pesan moral dan sopan santun (unggah-ungguh), bagaimana seharusnya bertutur kata, bersikap dan memperlakukan kedua orang tua. Legenda Batu Menangis, Malin Kundang, dan MPO SLOT Gunung Batu Bangkai merupakan contoh legenda yang menceritakan hukuman di dunia bagi orang yang durhaka kepada ibunya. Ada yang dikutuk menjadi batu, ada yang diporak-porandakan dan ditengelamkan di sungai beserta harta kekayaanya.

Dalam Islam juga ada kisah yang sangat masyhur seperti kisah Alqomah. Alqomah, seorang yang sholeh dan ahli ibadah, di akhir hayatnya (ketika nazak) kesulitan mengucapkan kalimat tauhid walaupun sudah dipandu oleh sahabat dekat nabi yang bernama Bilal bin Rabah Al Habasyi. Nabi Muhammad pun merasa heran ketika diberi laporan oleh Bilal. Bagaimana bisa Alqomah kesulitan mengucapkan kalimat tauhid di akhir hayatnya, padahal dia orang sholeh yang ahli ibadah. Pasti ada dosa besar yang pernah dilakukannya. Dan betul, setelah ditelisik, rupanya baru diketahui kalau Alqomah mempunyai dosa besar menyakiti hati ibunya.

Nabi pun meminta kepada ibunya untuk memaafkan kesalahan Alqomah. Bila Ibunya masih bersikukuh tidak mau memberikan maaf, maka dengan sangat terpaksa Alqomah akan dibakar oleh Nabi. Disaat api sudah menyala-nyala dan Alqomah sudah mau dibakar, saat itu belas kasih ibu tidak tega melihat anaknya sampai dibakar. Sang  ibu pun merasa iba dan memaafkannya. Akhirnya, Alqomah tidak jadi dibakar dan bisa mengucapkan kalimat tauhid.

Dikalangan Bani Israil juga ada kisah tentang Juraij, seorang ahli ibadah yang dikutuk oleh ibunya tidak akan meninggal sebelum bertemu orang jahat. Kesalahan Juraij adalah tidak menjawab saat dipanggil oleh ibunya karena ia sedang sholat sunnah. Ibunya yang tidak tahu kalau Juraij sedang mengerjakan sholat sunnah pun kesal dan mengutuknya. Akhirnya, Juraij harus menanggung kutukan tersebut. Juraij dituduh dan difitnah telah menghamili seorang gadis. Juraij harus menanggung fitnah tersebut sampai bayinya lahir. Saat bayi itu lahir dan pusarnya ditekan oleh Juraij yang disaksikan oleh masyarakat, dengan kekuasaan Allah Swt, bayi itupun berkata bahwa dia bukanlah anak Juraij. Dia adalah anak seorang pengembala dari kampung sebelah.

Rupanya, akhir-akhir ini, legenda dan kisah-kisah tersebut tidak lagi menjadi lokal genius yang mampu menginspirasi norma masyarakat sebagai dasar kepribadian saat menghadapi akulturasi budaya. Terbukti dengan maraknya fenomena dalam berita. Kedurhakaan kepada orang tua  tidak lagi berupa perkataan yang kasar, membentak, atau mencaci, namun sudah pada tindakan penganiayaan seperti memukul, menampar, menendang, menggugat di pengadilan, bahkan membunuh orang tua kandung.

Saat diberikan nasehat oleh orang tuanya, tidak jarang anak-anak sekarang tanpa pikir panjang menjawabnya dengan kalimat dan ucapan yang sangat menyakitkan hati orang tuanya, seperti “Saya kan tidak minta dilahirkan”. Kesalahan dilimpahkan kepada orang tuanya.

Saat mendapat kesuksesan, seorang anak sering lupa dengan orang tuanya. Mereka mengira kesuksesan tersebut datang dengan sendirinya tanpa peran orang tua. Dia lupa dengan ibunya yang bersusah payah mengandung, melahirkan dengan taruhan nyawa, menyusui, dan merawat dengan penuh kasih sayang. Mereka lupa jasa bapaknya yang banting tulang untuk mencukupi kebutuhan anaknya. Bapak yang rela tidak makan asalkan anaknya makan. Dan itu dilakukan dengan penuh ketulusan dan keikhlasan. Mereka lupa bahwa orang tua tidak henti-hentinya selalu memanjatkan doa untuk kesuksesan anak-anaknya.

Karena itu, kedudukan orang tua dalam Islam sangat mulia, menduduki urutan nomor dua setelah perintah menyembah hanya kepada Allah Swt. yaitu perintah berbuat baik kepada kedua orang tua (Q.S. An-Nisak: 36, Al-An’am: 151, Al-Isra’: 23). Apapun keadaan orang tua, seorang anak wajib berbuat baik kepadanya. Seorang anak hanya boleh mengabaikan perintah orang tuanya jika diperintahkan untuk melakukan kemaksiatan. Walaupun demikian, kewajiban berbuat baik tetap harus dilakukan. Bertutur kata dengan bahasa yang santun dan sikap yang sopan harus diterapkan.

Begitu mulianya kedudukan kedua orang tua dalam Islam, sampai-sampai durhaka kepada kedua orang tua dikategorikan dalam empat perbuatan dosa besar, yaitu; 1) menyekutukan Allah Swt. 2) durhaka kepada kedua orang tua 3) membutuh tanpa alasan yang haq 4) sumpah palsu (H.R. Bukhori). Dalam hadits lain yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, dijelaskan bahwa durkaha kepada kedua orang tua diancam tidak akan masuk surga, dan tidak akan dilihat oleh Allah di hari qiyamat (H.R. Hakim, Baihaqi, Ahmad).

Durhaka kepada kedua orang tua diancam masuk neraka. Selain tergolong ke dalam perbuatan dosa besar, juga akan menyebabkan amal ibadahnya tidak diterima oleh Allah Swt. Semua amal ibadah dan kebajikan yang dilakukan menjadi sia-sia.

Ada tiga perintah dalam Islam yang sifatnya saling berkaitan. Jika satu perintah dilaksanakan, namun perintah lainya ditinggalkan, maka amal ibadahnya menjadi tidak diterima. Agar amal ibadahnya dapat diterima, maka rangkaian perintah itu harus sama-sama dikerjakan. Ketiga perintah tersebut adalah :

Pertama; perintah mentaati Allah dan Rasulnya (Q.S. Ali Imron: 32, Muhammad:33)

Tidak diterima amal ibadahnya seseorang jika hanya mengerjakan perintah Allah namun mengingkari Sunnah Nabi. Demikian juga sebaliknya, tidak diterima amalan ibadah seseorang yang hanya mengerjakan amalan sunnah tanpa ketauhidan yang benar, dan tidak mengerjakan perintah Allah.

Kedua: Perintah mendirikan sholat dan membayar zakat (Q.S. Al-Baqarah: 43)

Tidak diterima amalan ibadah sholat seseorang yang tidak menunaikan zakat, dan tidak akan diterima amalan zakat seseorang jika tidak mengerjakan sholat. Sholat dan zakat adalah perintah yang saling berkaitan yang harus dikerjakan keduanya agar amalan kita diterima oleh Allah Swt.

Yang ketiga : Perintah menyembah Allah dan berbuat baik kepada kedua orang tua (Q.S. Al-Isra’ : 23)

Ubudiyah (menunaikan perintah Allah Swt dalam kehidupan sehari-hari) bisa menjadi amalan ibadah yang tidak diterima oleh Allah Swt. bila melakukan kedurhakaan kepada kedua orang tua (uququl walidain/melanggar kewajiban terhadap orang tua). Birrul walidain (berbuat baik kepada kedua orang tua) menjadi prasyarat amal ibadah menjadi diterima oleh Allah Swt. (materi ini juga disampaikan penulis di RRI Malang dalam Program Religi pagi, 13 desember 2022)

Ed: Ax

Editor:
Axelda Martha
Kontributor:
PAIS Kemenag Kab. Blitar
Penulis:
Drs. H. MOH. ROSYAD, M.Si.

Kalender

Oktober 2024
MIN SEN SEL RAB KAM JUM SAB

Gallery

  • Doa Lintas Agama dalam Peringatan HAB ke-77 Kementerian Agama, Wujud Kerukunan Umat untuk Indonesia Hebat
  • Gelar Upacara Peringatan Hari Pendidikan Nasional, Kakankemenag Kab. Blitar: Teladani Nilai-nilai Warisan Ki Hajar Dewantara
  • - Pengukuhan Pengurus BKM Kabupaten Blitar Periode 2023-2027, Rabu (25/11/2023).
  • - Apel Korpri Kankemenag Kab. Blitar