Artikel

Nikmat Yang Terlupakan (Obrolan Si ‘Sakit’ Dan Si ‘Sehat’, Sebuah Renungan)

Jumat, 10 November 2023 15:05 WIB
  • Share this on:

Oleh: Nurul Umaya (Penyuluh Agama Fungsional Kemenag Kab. Blitar)

 

Suatu hari, bertemulah si ‘sakit’ dan si ‘sehat’ di suatu tempat. Mereka terlibat dalam obrolan dalam suasana penuh keakraban.

“Beruntunglah kamu ‘sakit’, kamu menjadi penebus dosa bagi manusia. Karena dirimulah Allah menjadikan manusia mendapat ampunan. Kesalahannya berguguran bagai gugurnya daun dari pohon yang tertiup angin. Bahkan kamu dijadikan sebagai ujian/cobaan untuk mengangkat derajat manusia (Al-hadis). Tentu manusia senang dan sangat berterima kasih padamu”, kata si ‘sehat’ mengawali percakapan.

“Siapa bilang aku beruntung”, jawab si ‘sakit’. “Alih-alih berterima kasih, saat aku hadir di tengah-tengah manusia, mereka tidak pernah menyambutku dengan suka cita. Mereka tak pernah menginginkan kehadiranku MPO SLOT dan selalu menolakku jika aku hendak mendekati mereka. Saat aku datangi mereka, mereka mengeluh. Manusia hampir-hampir tak pernah bersabar menerima kedatanganku dan selalu mengusirku dengan sangat menyakitkan hati. Bahkan yang lebih menyedihkan, mereka membenciku, mencaciku, menyalahkanku, menuduhku sebagai biang penderitaan dan kesengsaraan. Jika saja mereka tahu, merekalah sesungguhnya yang membuat aku menderita dan menangis”, lanjut si ‘sakit’.

“Sungguh kasihan nasibmu, ‘sakit’”, kata si ‘sehat’ menunjukkan rasa simpatinya. “Manusia tak seharusnya bersikap seperti itu padamu. Benar-benar manusia tak dapat diuntung, tak punya rasa terima kasih, dan tak pernah ada rasa syukurnya. Jika saja manusia bersabar terhadapmu, tentu banyak kebaikan yang akan dilimpahkan Allah kepada mereka. Sesungguhnya dirimu adalah sisi lain dari wujud kasih sayang Allah. Dan Allah tidaklah memberikan sebuah ujian, seperti dirimu (sakit), melainkan karena hendak membersihkan dosa-dosa manusia (HR. Bukhari). Nampaknya manusia lebih senang berjalan di atas bumi ini dengan bergelimang dosa. Padahal Allah telah berfirman, “Kamu sungguh-sungguh akan diuji terhadap hartamu dan dirimu…. Jika kamu bersabar dan bertakwa, maka sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan yang patut diutamakan” (QS. Ali Imran: 186), “Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung” (QS. Ali Imran: 200). Dan Allah juga telah berjanji sebagaimana yang tertulis dalam Kitab-Nya, “Mereka itulah orang yang dibalasi dengan martabat yang tinggi karena kesabaran mereka dan mereka disambut dengan penghormatan dan ucapan selamat di dalamnya” (QS. Al-Furqaan:75); “Mereka itu diberi pahala dua kali disebabkan kesabaran mereka,” (QS. Al-Qashsahsah: 54). Dan Rasulullah pun menerangkan bahwa “setiap musibah yang menimpa seorang mukmin, baik berupa rasa lelah, rasa sakit, rasa sedih sampai kegundahan hati, pasti Allah menjadikannya penebus dosa baginya.” Dan ditetapkan baginya satu derajat.” (HR. Muttafaqun’alaih). “Sakit karena demam akan menghindarkan orang mukmin dari siksa neraka (HR. al-Bazzar). Memang kebanyakan manusia itu selalu berkeluh kesah jika merasakan sesuatu yang tidak menyenangkan hati dan hidup mereka (QS. Al-Ma’aarij: 20)”, lanjut si ‘sehat’.

“Lalu bagaimana dengan dirimu ‘sehat’?”, si ‘sakit’ balik menanyakan keadaan si ‘sehat’. “Kamu pasti bahagia. Kamu lebih beruntung dari aku. Allah menjadikanmu sebagai suatu kebaikan dan kesenangan. Kehadiranmu tentu menjadikan manusia selalu bersyukur pada Allah. Karena dirimu-lah Allah akan menambah bagi manusia kenikmatan-Nya disebabkan rasa syukur mereka (QS. Ibrahim: 7). Manusia selalu mencarimu. Bahkan mereka rela mengeluarkan biaya berapapun dan melakukan apapun demi mendapatkanmu”, kata si ‘sehat’.

“Memang benar yang kamu katakan ‘sakit’”, sahut si ‘sehat’ tampak lemah. Wajahnya menampakan keputusasaan. Allah menjadikanku sebagai salah satu kebaikan bagi manusia. Akan tetapi, banyak manusia mengingkari dan tidak mengingat keberadaanku. Aku hampir senasib denganmu. Jangankan mereka mensyukuri, bahkan mereka hampir selalu melalaikanku. Oleh karena aku selalu bersama manusia di hampir semua keadaan, maka mereka menganggapku hal yang biasa, sehingga manusia tak merasakan kehadiranku sebagai nikmat yang wajib disyukuri. Memang manusia selalu berusaha mendapatkanku dengan biaya berapapun, tetapi itu setelah dirimu (sakit) menghinggapi mereka. Sapaanmu pada manusia membuat mereka menyadari arti pentingnya kehadiranku bagi kehidupan meraka. Kadang mereka terlambat menyadari hal itu, hingga Allah menjauhkanku dari mereka. Diriku tak mungkin lagi mereka dapatkan. Ya, itu sebuah konsekuensi yang harus mereka dapatkan karena melupakan sebuah nikmat Allah. Kehadiranku sebagai karunia tidak akan dirasakan manusia tanpa kehadiranmu di tengah-tengah mereka, ‘sakit’. Jadi kau tak usah bersedih lagi, nasib kita tak jauh beda”, ucap si ‘sehat’ menambahkan.

“Perkataanmu sungguh menenangkanku, ‘Sehat’. Tterima kasih kau ingatkan arti pentingnya diriku di tengah-tengah kehidupan manusia”, jawab si ‘sakit’ menimpali.   

“Tahukah kau, ‘sakit’, makhluk seperti apa manusia itu?”, si ‘sehat’ melontarkan pertanyaan. “Memang manusia itu makhluk paling durhaka yang tak pernah tahu diuntung. Sedikit sekali rasa syukurnya. Padahal jika saja manusia mau bersyukur, tidak lain adalah untuk dirinya sendiri. Manusia sendirilah yang merasakan keuntungannya. Allah berfirman, “… Bersyukurlah kepada Allah, dan barangsiapa bersyukur, maka sesungguhnya  ia  bersyukur untuk dirinya sendiri, dan barangsiapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji” (QS. Luqman: 12). Tapi sayang, kebanyakan manusia tidak bersyukur, seperti yang dinyatakan Allah dalam firman-Nya, “Sesungguhnya Allah mempunyai karunia terhadap manusia tetapi kebanyakan manusia tidak bersyukur’ (QS. Al-Baqarah: 243, lihat juga QS. Al-Mukmin: 61)”, lanjut si ‘sehat’.

“Begitulah tabiat dan sifat manusia. Mereka sering melupakan kebaikan yang dilimpahkan kepadanya, selalu mengeluh, dan sering melalaikan begitu saja nikmat dan karunia Allah. Allah sendiri telah menjelaskan dalam al-Qur’anul Kariim, “Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah, dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir, (QS. Al-Ma’aarij: 19-21) dan tidak bersyukur. Iblis benar-benar telah berhasil menyesatkan manusia dari jalan kebenaran, sebagaimana yang diancamkannya dulu. (QS. Al-A’raaf: 16)”, kata si ‘sakit’ menyetujui pendapat si ‘sehat’”.

“Baiklah ‘sakit’, kita jalani saja kewajiban kita masing-masing untuk menemani hidup manusia, agar nyata dari mereka siapa yang bersabar dan siapa yang mau bersyukur”, kata si ‘sehat’.  “Dan kita, tentunya, tidak menjadi makhluk durhaka sebagaimana iblis dan manusia”, sambung si ‘sakit’ mengakhiri pembicaraannya dengan si ‘sehat’. 

Begitulah kira-kira obrolan yang dibicarakan si ‘sakit dan si ‘sehat’, jika saja kita dapat mendengarnya. Semoga keluhan si ‘sakit’ dan si ‘sehat’ menjadi bahan perenungan yang dapat menyadarkan kita untuk menjadi hamba yang pandai bersyukur, dan senantiasa bersabar dalam menjalani roda kehidupan dengan segala permasalahan yang ada di dalamnya. Kita wajib bersyukur atas sekecil apapun nikmat yang telah kita terima, dan wajib bersabar terhadap sebesar apapun musibah dan penderitaan yang mendera.

Editor:
Axelda Martha
Kontributor:
Nurul Umaya–Penyuluh Fungsional Kemenag Kab. Blitar
Penulis:
Nurul Umaya

Kalender

Oktober 2024
MIN SEN SEL RAB KAM JUM SAB

Gallery

  • Doa Lintas Agama dalam Peringatan HAB ke-77 Kementerian Agama, Wujud Kerukunan Umat untuk Indonesia Hebat
  • Gelar Upacara Peringatan Hari Pendidikan Nasional, Kakankemenag Kab. Blitar: Teladani Nilai-nilai Warisan Ki Hajar Dewantara
  • - Pengukuhan Pengurus BKM Kabupaten Blitar Periode 2023-2027, Rabu (25/11/2023).
  • - Apel Korpri Kankemenag Kab. Blitar