“In learning you will teach, and in teaching, you will learnt”

– Phil Collins

“Dalam belajar, kamu akan mengajar, dan dalam mengajar, kamu akan belajar”

PAIS Kemenag Kab. Blitar Berkarakter.  Ada Adagium yang mengatakan “Guru yang baik merupakan siswa abadi”, karena seorang guru selain dituntut untuk selalu meningkatkan kompetensi diri juga dituntut mempunyai fleksibilitas yang adaptif terhadap perubahan, agar proses pembelajaran selalu seiring dengan tuntutan kebutuhan perkembangan zaman.

Perspektif ini yang menjadikan guru harus senantiasa memperluas wawasan dan meningkatkan keterampilan. Namun ketika semakin belajar untuk memperdalam pengetahuan, maka akan membawa kesadaran bahwa tidak ada seorang pun yang mengetahui dan menguasai segalanya,  masih banyak hal yang belum ia ketahui dan belum ia dikuasai, sampai-sampai ada quotes yang mengatakan bahwa setiap orang yang kita temui adalah guru, setiap tempat yang kita datangi adalah kelas, dan setiap kejadian yang kita alami adalah pelajaran.

Demikian juga saat guru menunaikan tugas mengajar, ada proses pembelajaran di dalamnya, karena dalam proses mengajar, setiap guru melakukan refleksi, mencermati, merenungkan apa saja yang belum baik, diupayakan menjadi baik, apa yang sudah baik diupayakan meningkat menjadi semakin baik, apa yang belum optimal diupayakan menjadi optimal, dan apa yang sudah optimal diupayakan menjadi semakin optimal.

Dalam kerangka pemikiran tersebut, quote Phil Collins menjadi sangat relevan dengan proses pembelajaran sekarang, yang menuntut terwujudnya proses pembelajaran berpihak kepada siswa,  guru dituntut selalu belajar menyesuaikan kompetensi dirinya dengan tuntutan kebutuhan perkembangan zaman, dimana perkembangan arus teknologi informasi dan komunikasi begitu cepat, menyebar ke berbagai belahan dunia tanpa batas, yang membuat dunia saling terhubung.

Gaya pembelajaran pun ikut berubah, yang awalnya cenderung individual, menjadi gaya pembelajaran yang kolaboratif. Pendidik dan tenaga kependidikan (PTK) berkumpul, belajar bersama, merumuskan bersama, merefleksi bersama, saling berdiskusi berbagi permasalahan dalam pembelajaran, dan saling berbagi praktik baik, untuk meningkatkan kualitas pembelajaran selanjutnya.

Didorong kesadaran terhadap pemenuhan standar mutu pendidik, baik kualifikasi akademiknya, maupun standar kualifikasi kompetensi lainnya, memunculkan kelompok-kelompok pembelajaran antar rekan sesama pendidik dan tenaga kependidikan, sebagai wadah terjadinya kolaborasi antar pendidik dalam meningkatkan kompetensi, mengedukasi, menfasilitasi interaksi, dan mengintegrasikan pembelajaran.

Setidaknya tercatat mulai tahun 1990-an telah muncul komunitas-komunitas pembelajaran kolaboratif seperti “Professional Learning Community (PCL) in Schools” yang dipopulerkan oleh “Peter Senge” dalam bukunya “the Fifth Discipline”, kemudian di tahun 1995, “Charles B. Myers” memperkenalkan frasa Komunitas Belajar dalam bukunya “The Professional Educator: A New Introduction to Teaching and Schools”, dan di tahun 2023, kurikulum kita kurikulum merdeka memperkenalkan adanya Komunitas Belajar (Kombel) dalam Merdeka Mengajar (PMM), sebagai wadah yang dapat digunakan oleh para guru untuk berbagi praktik baik dan sarana belajar, juga wadah untuk berdiskusi bersama guru lain di seluruh Indonesia yang sudah dikurasi oleh tim Kemendikbudristek.

Terdapat 3 (tiga) tipe Komunitas Belajar (Kombel) yang diperkenalkan di satuan pendidikan, yaitu; pertama; komunitas belajar daring yang ada di PMM. Kedua; komunitas belajar di satuan pendidikan, dan yang ketiga; komunitas belajar antar sekolah, yang dalam implementasinya, dikarenakan adanya perbedaan budaya, perbedaan latar belakang sosial, perbedaan konsisi peserta didik dan perbedaan orang tua menjadi tantangan tersendiri dalam membentuk budaya kolaborasi

*Penulis adalah Kepala Seksi Pendidikan Agama Islam (Kasi PAIS) pada Kantor Kementerian Agama Kabupaten Blitar.