Artikel

Kemuliaan Para Pencari Ilmu

Selasa, 7 November 2023 14:13 WIB
  • Share this on:

Pada suatu hari, Nabi Muhammad SAW keluar dari rumah berjalan menuju masjid. Sesampainya di masjid, Rasulullah SAW mendapati para sahabat berkumpul dalam dua kelompok. Kumpulan yang pertama sedang membaca Alquran, berdzikir dan berdoa kepada Allah SWT. Sedangkan kumpulan yang kedua menyelenggarakan halaqah keilmuan. Maka beliau bersabda, “keduanya baik, dan salah satunya lebih baik dari yang lain”. Adapun (majelis pertama) mereka berdo’a kepada Allah dan berharap Allah mengabulkan keinginannya. Maka jika Allah menghendaki, Dia akan mengabulkan doa mereka dan sebaliknya jika Allah tidak berkenan maka Dia tidak mengabulkannya. Adapun (majelis kedua) mereka belajar keilmuan serta mengajari orang-orang yang belum tahu (bodoh), mereka inilah yang lebih baik. Dan sesungguhnya aku pun diutus sebagai seorang guru (mu’allim). Ibnu Umar berkata: Beliau kemudian duduk dalam majelis (ilmu) tersebut. (HR. Darimi).

Hadits ini menunjukkan, keutamaan majelis ilmu lebih besar dan lebih diridhai Rasulullah SAW daripada majelis dzikir. Karena menjadi ahli dzikir lebih mudah dari menjadi ahli ilmu. Semua orang bisa menjadi ahli dzikir, tetapi tidak semua ahli dzikir bisa menjadi ahli ilmu. Majelis ilmu sudah pasti masuk ke dalam majelis dzikir. Di dalamnya mengingatkan seseorang kepada Allah, dan sekaligus membahas tentang halal-haram dan hukum-hukum Allah, menjadikan orang yang belum tahu menjadi tahu (berilmu), sehingga bisa menjadikan seseorang menjadi lebih taat dan lebih dekat kepada Allah. Sementara dalam majelis dzikir, adalah kumpulan orang-orang yang berdzikir dan berdoa kepada Allah. Dalam majelis dzikir masih didapati ‘kepentingan’ manusia kepada Allah, sedangkan di dalam majelis ilmu ada aktivitas manusia selaku hamba untuk lebih mengenal dan memahami hak-hak Allah, demi untuk menyempurnakan ibadah dan penghambaan kita kepada Allah. Inilah yang menjadikan majelis ilmu lebih utama dari majelis dzikir. Bahkan, Rasulullah pun lebih memilih bergabung dan menjadi bagian halaqah ilmu.

Begitu pentingnya ilmu bagi kehidupan manusia, sehingga wahyu tertama turun adalah “Iqra” atau perintah membaca. Aktivitas membaca ini terkait erat dengan ilmu, dan tidak bisa dilepaskan dengan yang namanya ilmu. Rasulullah menegaskan bahwa Menuntut ilmu itu wajib atas setiap Muslim” (HR. Ibnu Majah dari Anas bin Malik). Imam Syafii dalam kitab manaqib juga berkata, “Siapa yang menginginkan akhirat harus dengan ilmu, dan siapa yang menginginkan dunia harus juga memiliki ilmu.” Kewajiban menuntut ilmu ini tidak berbatas waktu ataupun usia. Ada riwayat mengatakan bahwa “Tuntutlah ilmu itu mulai dari (bayi) dalam ayunan sampai ke liang lahat.” Berapa pun umur kita, muda, tua, pria, wanita, kewajiban menuntut ilmu tidak akan berhenti. Jangan pernah merasa cukup dengan ilmu yang kita miliki. Walau pun mungkin ilmu kita setinggi langit kewajiban tersebut juga tidak pernah berhenti. Begitu luasnya ilmu Allah yang terhampar di hadapan kita, harus terus kita gali dan kaji, sehingga jika pun seluruh pohon di bumi ini kita jadikan sebagai pena dan air laut sebagai tintanya tak akan pernah cukup untuk menuliskan seluruh kalimah atau ilmu Allah. Dalam Al-Quran dijelaskan, “Katakanlah: Sekiranya lautan menjadi tinta untuk kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu ".(QS. Al-Kahfi: 109).

Karena itulah Allah memberikan penghargaan dan penghormatan setingi-tingginya kepada para penuntut atau pencari ilmu. Setiap langkah seseorang untuk mencari ilmu dinilai jihad di hadapan Allah. “Barang siapa yang pergi untuk menuntut ilmu, maka dia berada di jalan Allah (fi sabilillah) hingga ia pulang kembali.” (HR. Tirmidzi). “Siapa yang mendatangi masjidku (masjid Nabawi), untuk niat baik yaitu untuk belajar atau mengajarkan ilmu di sana, maka kedudukannya seperti mujahid di jalan Allah...” (HR. Ibnu Majah dan Ahmad). Jika seseorang meninggal saat menuntut ilmu maka ia mendapat kehormatan sebagai orang yang mati syahid. “Apabila kematian mendatangi seorang yang sedang menuntut ilmu maka ia mati syahid.” (HR. al-Bazzar & Thabrani). Bagi para pencari ilmu ada jalan kemudahan menuju surga. Rasulullah bersabda, Barang siapa berjalan untuk mencari ilmu padanya, Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga.”(HR. Muslim).

Ada sebuah kisah nyata dari Damaskus tentang pengalaman seorang yang bekerja sebagai penggali kubur, yang menunjukkan kebenaran sabda Rasulullah tersebut. Suatu hari datanglah seorang wanita meminta kepada penggali kubur untuk menggalikan kubur. Setelah kubur selesai digali datanglah jenazah dengan hanya diiringi beberapa orang. Ketika jenazah diterima penggali kubur untuk dimasukkan ke liang lahat tiba-tiba si penggali kubur melihat sesuatu keanehan. Tiba-tiba liang kubur terbuka dan berubah menjadi taman surga yang sangat luas dan indah. Kemudian datang dua orang lelaki berkuda mengambil jenazah tersebut. Melihat hal tersebut si panggali kubur langsung pingsan. Setelah sadar teman-temannya bertanya kepadanya apa gerangan yang terjadi sehingga ia pingsan? Kemudian ia menceritakan apa yang dilihatnya, dan teman-temannya menganggapnya itu hanya halusinasi atau khayalan si penggali kubur. Karena memang hanya dia yang diperlihatkan keanehan tersebut. Setelah beberapa bulan berlalu, datanglah kembali wanita yang dulu pernah memintanya untuk menggalikan kubur. Saat ini wanita itu pun meminta hal yang sama, yaitu digalikan sebuah kubur lagi. Setelah selesai, datanglah jenazah. Saat dimasukkan ke dalam kubur kejadian aneh pun terulang kembali. Si penggali kubur kembali disuguhkan pemandangan menakjubkan yang pernah ia lihat beberapa bulan yang lalu saat menguburkan keluarga dari wanita tersebut. Saat jenazah dimasukkan ke liang kubur, kembali tiba-tiba liang tersebut terbuka dan berubah menjadi taman surga yang indah, dan datang pula dua orang berkuda mengambil jenazah tersebut. Akan tetapi kali ini ia tidak pingsan. Segera ia keluar dari lubang kubur dan mengejar si wanita tadi. Kepada wanita tersebut ditanyakan siapa sebenarnya dua jenazah yang dikuburkannya, dan apa sebenarnya yang dilakukan oleh kedua jenazah tersebut semasa hidup, sehingga ia diperlihatkan kejadian-kejadian aneh yang menakjubkan. Si penggali kubur kemudian menceritakan apa yang dilihatnya kepada wanita tersebut. Kemudian wanita tersebut menjawab bahwa kedua jenazah yang dikubur tersebut adalah dua orang anak lelakinya. Jenazah pertama adalah anaknya yang kecil yang semasa hidupnya dihabiskan untuk menuntut atau mencari ilmu. Sementara jenazah yang kedua adalah kakak jenazah yang pertama (anak yang lebih tua) yang bekerja sebagai tukang kayu yang hasilnya ia gunakan untuk membiayai adiknya untuk mencari ilmu. Kepada keduanya Allah memperlakukan sama. Baik kepada yang belajar atau menuntut ilmu maupun kepada orang yang membiayai penuntut ilmu, Allah memberikan penghargaan dan penghormatan yang sama tinggi. Mendengar jawaban dari wanita tersebut si penggali kubur kemudian menemui seorang ulama besar di Damaskus dan bertekad untuk menghabiskan sisa usianya untuk menuntut ilmu (thalabul ilmi), sampai akhirnya ia pun menjadi ulama besar di daerahnya.

Kisah di atas menunjukkan bahwa apa yang disampaikan Rasulullah tentang janji Allah untuk memudahkan jalan bagi pencari ilmu menuju surga terbukti. Tentu saja, keutamaan sebagaimana yang dijelaskan Rasulullah dalam beberapa sabdanya akan kita raih jika dalam menuntut ilmu niat kita bukan untuk meraih keuntungan duniawi, seperti menjadi orang pintar, mendapat ijazah, memperoleh gelar tinggi, memperoleh kehormatan atau kedudukan duniawi, mendapat pekerjaan yang layak, menjadi mulia di hadapan manusia, dan niat-niat yang lain yang sifatnya duniawi. Keutamaan-keutamaan tersebut bisa didapat jika niat dan tujuan kita dalam mencari ilmu benar dan lurus semata-mata hanya karena mengharap ridho Allah. Dan ilmu yang kita pelajari adalah ilmu yang bisa memunculkan sifat tawadhu’ dan rasa takut kepada Allah. Selanjutnya ilmu tersebut kita manfaatkan untuk meningkatkan keimanan, ketaatan dan ketaqwaan kepada Allah.

Di sinilah kekeliruan yang kebanyakan terjadi dari diri kita ketika mencari ilmu dan atau membiayai pendidikan anak, seringkali orientasi kita masih didominasi hal-hal yang berbau dan bersifat duniawi. Kita bersekolah, mencari ilmu, dan kita bekali anak-anak kita dengan pendidikan agar kita dan mereka bisa meraih kesuksesan dunia, mendapat pekerjaan yang layak, mendapat kedudukan dan kemuliaan di dunia, menjadi orang terpandang, dan lain-lain. Dan kita akan merasa sedih dan kecewa jika kita atau anak kita tidak mendapatkan pekerjaan yang layak atau tidak memperoleh kesuksesan sesuai dengan harapan kita, padahal kita telah menghabiskan banyak biaya untuk pendidikan anak. Ini membuktikan bahwa niat kita dalam mencari ilmu dan memberikan pendidikan kepada anak masih kental dengan hal-hal yang bersifat materi duniawi. Hendaknya, dalam menuntut ilmu pertama-pertama harus kita tata dan luruskan adalah niat. Termasuk ketika kita membiayai pendidikan anak. Biaya yang kita keluarkan untuk pendidikan anak seyogyanya kita niatkan demi menegakkan agama Allah, menjalankan perintah Allah, dan mengantarkan anak-anak kita untuk lebih mengenal Allah, memahami hukum-hukumNya, serta menyempurnakan ibadah dan pengabdian mereka kepada Allah. Pekerjaan yang layak, memiliki kedudukan dan kesuksesan duniawi biarlah menjadi bonus atau hadiah dari Allah atas usaha kita dalam menuntut ilmu atau membiayai pendidikan anak. Tetapi jangan pernah menjadi niat dan tujuan utama.

Jangan berhenti menjadi pejuang ilmu, karena ketika kita mati kelak semua amal akan terputus, kecuali kita membawa tiga perkara.  “Apabila manusia meninggal dunia maka terputuslah segala amalnya kecuali tiga: yaitu sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat atau anak sholeh yang mendoakan kepadanya.” (HR Muslim dari Abu Hurairah). Waallahu a’lam. (Nrl)

 

Bahan Bacaan:

  1. Al-Quran dan Terjemahannya
  2. Fatchurrahman, Al-Haditsun Nabawy, Menara Kudus, 1966.
  3. https://youtu.be/ZVOX9WiyYi4?si=1n3IZ32bsSNC12jl
  4. Sumber gambar: https://www.islampos.com/177337-177337

     

Editor:
Axelda Martha
Kontributor:
Penyuluh Agama Islam Kemenag Kab Blitar
Penulis:
Nurul Umaya

Kalender

Oktober 2024
MIN SEN SEL RAB KAM JUM SAB

Gallery

  • Doa Lintas Agama dalam Peringatan HAB ke-77 Kementerian Agama, Wujud Kerukunan Umat untuk Indonesia Hebat
  • Gelar Upacara Peringatan Hari Pendidikan Nasional, Kakankemenag Kab. Blitar: Teladani Nilai-nilai Warisan Ki Hajar Dewantara
  • - Pengukuhan Pengurus BKM Kabupaten Blitar Periode 2023-2027, Rabu (25/11/2023).
  • - Apel Korpri Kankemenag Kab. Blitar