Artikel

Isra’ Mi’raj “Peristiwa Irasional Yang Masuk Akal”

Minggu, 11 Pebruari 2024 16:43 WIB
  • Share this on:

Karena dirasa tidak logis dan tidak masuk akal, maka kebanyakan penduduk Makkah tidak percaya, saat di pagi hari Rasulullah Saw mengabarkan bahwa semalam Beliau telah diperjalankan (diisra’kan) oleh Allah Swt dari Masjidil Haram di Makkah menuju Masjidil Aqsha di Palestina, lalu dinaikkan ke Sidratul Muntaha (langit yang paling tinggi), kemudia kembali lagi ke Makkah yang hanya menghabiskan waktu sebagian kecil malam saja.

Penduduk Makkah merasa janggal atas kabar tersebut, bahkan ada yang mengatakan jika Nabi Muhammad sudah gila, karena jarak antara Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha sangat jauh, sekitar1.500 kilometer, yang saat itu sekali perjalanan membutuhkan waktu sekitar 40 hari dengan mengunakan unta, dan jika perjalanan pulang-pergi, maka akan membutuhkan waktu sekitar 80 hari, belum lagi naik ke Sidratul Muntaha.

Karena itu wajar jika penduduk Makkah kebanyakan ingkar dan tidak percaya, sebab kabar yang disampaikan oleh Nabi Muhammad Saw jauh dari kemampuan nalar manusia. Biarpun demikian, sebagian penduduk Makkah tidak langsung menvonis kalau kabar itu tidak benar, tetapi masih ada proses dialogis untuk mengecek dan memastikan kebenaran kabar tersebut. Orang Makkah yang pernah berkunjung ke Masjidil Aqsha bertanya “Wahai Muhamad”! jika benar semalam engkau berada di Masjidil Aqsha, coba ceritakan bagaimana wujud dan bentuknya.

Dengan kebesaran kekuasaan-Nya, Allah Swt menghadirkan bentuk dan wujud Masjidil Aqsha di hadapan Raulullah, sehingga Rasulullah bisa menjelaskan dengan jelas dan gamblang keadaan Masjidil Aqsha sebagiamana yang di lihat. Kejadian ini membuat penduduki Makkah terheran-heran, sehingga membuat sebagian dari mereka beriman dan sebagian lagi tetap dalam keingkarannya.

Biarpun peristiwa Isra’ Mi’raj terkesan tidak logis, namun bila difahamai bahwa peristiwa Isra’ Mi’raj itu merupakan kehandak Allah Swt untuk menunjukkan tanda-tanda kebesaran kekuasaan-Nya, memantapkan tekad Rosulullah dalam berdakwah, menambah kesabaran dalam menjalankan perintah-Nya, dan mempertebal ketabahan dalam menghadapi tipu daya kaum musyrikin Makkah, maka semuanya menjadi logis dan masuk akal.

Oleh sebab itu Allah Swt memulai firman-Nya yang menjelaskan tentang Isra’ Mi’raj sebagaiman terdapat dalam Al-Qur’an surat Al-Isra’ ayat 1 dengan “subhana” yang menunjukkan pada peristiwa luar biasa yang hanya dapat terlaksana atas iradah (kehendak) dan kekuasaa Allah Swt semata. Karena itu harus ada pendekatan spiritual dalam memahami kontek peristiwa, dan melihat rekam jejak siapa yang menyampaikannya.

Karena yang menyampaikan kabar adalah Nabi Muhammad, yang menyandang gelar Al-Amin (dipercaya atau terpercaya), sebab tidak pernah berbohong atau berdusta, maka dengan penuh keyakinan keimanan, Abu Bakar menjadi orang pertama kali yang membenarkan kejadian peristiwa Isra’ Mi’raj tersebut, sehingga mendapatkan gelar as-Shiddiq ( jujur atau benar).

Dalam hazanah islam, peristiwa Isra” Mi”raj sangat penting dan bersejarah, baik dilihat dari sebab terjadinya,  proses perjalananya maupun hasilnya. Adapun yang melatar belakangi terjadinya peristiwa Isra’ Mi’raj  adalah merupakan hiburan (tasliyah) yang diberikan Allah Swt kepada Nabi Muhammad Saw selaku kekasih-Nya, atas kesedihan Nabi Muhammad karena ditinggal  wafat oleh dua orang yang sangat dicintainya, yaitu paman Nabi bernama Abu Thalib, yang telah mengawal dan membela dakwanya, kemudian disusul dengan wafatnya istri tercinta, yang telah selalu setia mendampingi dikala suka maupun duka, istri yang mengorbankan hartanya untuk mendudung keperluan dakwanya, yaitu Siti Khadijah, yang membuat hati Rosulullah terpukul dan sangat bersedih, sehingga tahun itu  terkenal dengan sebutan tahun duka cita (Amul Huzni).

Dilihat dari kejadianya; Ada proses dialogis antara Nabi Muhammad Saw dengan kaumnya, antara Nabi Muhammad Saw dengan Nabi Musa AS dan dengan nabi-nabi yang lain, dan antara Nabi Muhammad Saw dengan Allah Swt., yang dapat menjadi teladan uswah khasanah bagi umat manusia, seperti  proses dialog antara Nabi Muhammad Saw saat bertemu dengan Nabi Musa As., yang menanyakan hasil yang didapat Nabi Muhammad saat bertemu dengan Allah Swt.

Saat Nabi Muhammad menceritakan bahwa Beliau mendapatkan perintah menunaikan sholat  50 waktu dalam sehari semalam. Nabi Musa As pun menceritakan pengalamanya (transfer of experiance), bahwa perintah tersebut sangat memberatkan bagi umat Nabi Muhammad dan menyarankan agar Nabi Muhamma memohon keringanan kepada Allah Swt.

Setelah diyakinkan oleh Nabi Musa As. akhirnya Nabi Muhammad Saw menerima saran Nabi Musa As tersebut, dan menyampaikannya kepada Allah Swt. Kemudian terjadi proses dialog antara Nabi Muhammad dengan Allah Swt. Setelah 9 kali Nabi Muhammad bolak-balik minta keringanan, sebagia hasilnya perintah sholat menjadi 5 Waktu, dan Nabi Musa As., pun masih mengatakan bahwa perintah tersebut masih berat ditunaikan oleh umat Nabi Muhammad, namun Nabi Muhammad tidak lagi memohon keringanan, karena jika dilakukan, maka perintah sholat akan hilang.

Proses dialogis juga terjadi, saat Nabi Muhammad menyampaikan peristiwa Isra’ Mi’raj kepada kaumnya, ada upaya mendengarkan pendapat dan aspirasi dari kaumnya, yang peristiwa Isra’ Mi’raj tersebut selalu diperingati oleh umat islam setiap tanggal 27 rajab, yang tahun ini bertepatan dengan tanggal 8 pebruari 2024.

*Penulis adalah Kepala Seksi Pendidikan Agama Islam (Kasi PAIS) pada Kantor Kementerian Agama Kabupaten Blitar

Editor:
Axelda Martha
Kontributor:
PAIS Kemenag Kab. Blitar
Penulis:
Drs. H. MOH. ROSYAD, M.Si.

Kalender

Oktober 2024
MIN SEN SEL RAB KAM JUM SAB

Gallery

  • Doa Lintas Agama dalam Peringatan HAB ke-77 Kementerian Agama, Wujud Kerukunan Umat untuk Indonesia Hebat
  • Gelar Upacara Peringatan Hari Pendidikan Nasional, Kakankemenag Kab. Blitar: Teladani Nilai-nilai Warisan Ki Hajar Dewantara
  • - Pengukuhan Pengurus BKM Kabupaten Blitar Periode 2023-2027, Rabu (25/11/2023).
  • - Apel Korpri Kankemenag Kab. Blitar